PIMPINAN : TONTONAN DAN TUNTUNAN



Langsung tersentak, tiba-tiba inspirasi muncul dikala menyelami lini masa twitter. Sebuah “kicauan” menarik dari Bapak Bachtiar Firdaus mengenai seorang future leaders. Bahwa sesungguhnya seorang pemimpin masa kini tidak hanya harus menjadi TUNTUNAN pengikutnya, akan tetapi wajib menjadi TONTONAN yang menarik bagi pengikutnya. 

Pikiran ini langsung terbawa kepada gambar diri sendiri seraya berkata, benarkah saya sudah jadi seorang pemimpin dengan tuntunan yang baik? dan apakah saya sudah menjadi totonan yang menghibur?. Pikiran saya langsung terbawa pada saat masa-masa di kampus. Saya memiliki pemikiran bahwa “buat apa menjadi seorang yang memiliki jabatan tinggi, kesibukan hanya menjadi pencitraan untuk mendapat jabatan dan citra baik di luar, lebih baik menjadi biasa saja tetapi bisa menjadi tuntunan yang baik bagi sekitar”. Langsung saya evaluasi hasil pernyataan ini hingga saat ini di kehidupan pasca kampus “Benarkah saya memiliki dampak dengan hanya menjadi tuntunan?” jawabannya sangat kecil, hampir tidak ada. Nihil.  

“Kicauan” dari bapak Bacthiar Firdaus seolah benar-benar menggampar kepala saya dengan sangat keras. Benar sekali di era sekarang, hampir tidak mungkin manjadi panutan tanpa menyuguhkan tontonan yang dikemas dengan sangat layak, “eyecatching”.

Lalu bagaimana agar kita bisa ditonton oleh  lingkungan? Cara yang paling mudah adalah berdirilah pada kedudukan yang paling tinggi daripada lingkungan terkecil kita, pasti semua orang akan melihatmu saat kamu berdiri lebih tinggi dari mereka. Ya, kita harus mau mencoba menjadi pimpinan pada lembaga-lembaga terkecil yang ada di lingkungan. Misalkan pada lingkungan tim sepak bola, jika kita menjadi kapten, maka otomatis semua anggota tim, official, suporter akan tahu siapa kita, kita akan ditonton lebih banyak orang. Ditonton saja tidak cukup agar kita disebut pemimpin, kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi layak ditonton dengan kemasan luar biasa, prestatif. Berani ambil peluang, berani ambil resiko, pantang menyerah, berani menyuarakan dan melakukan perbaikan, memiliki prestasi di bidangnya serta tetap rendah hati itulah kemasan yang akan membuat kita layak ditonton. INGAT ITU HANYA SALAH SATU CARA!! tidak hanya menjadi pimpinan untuk ditonton, Tukul Arwana saat ngomong lebih banyak penontonnya dari pada presiden saat berpidato! Itu karena Tukul memiliki kemasan yang menarik daripada presiden. 

Setelah sapat ditonton, lantas apa? Lantas kita harus menjadi tuntunan bagi lingkungan sekitar. Dengan begitu kita akan dapat menjadi panutan sehingga dampak yang akan kita timbulkan menjadi lebih besar. 

Tiga tahun lalu saya sangat bingung, saat seorang senior bilang bahwa menjadi seorang pimpinan adalah sebuah kontribusi. Saat ini saya sudah mendapatkan jawabannya, bukan menjadi pimpinannya, tetapi dengan menjadi tontonan kita dapat memberikan tuntunan-tuntunan yang baik itulah baru esensi dari kontribusi.

Ya, belajar adalah seumur hidup, persoalan tidak hanya yang harus diselesaikan dalam waktu dua jam pada ruang ujian, tidak hanya jawabannya dapat kita temukan dalam buku, tetapi ada persoalan dimana jawabanyya membutuhkan waktu yang sangat lama, dan ditempat yang tidak dapat kita bayangkan sebelumnya.

Buat yang masih malu-malu untuk menjadi tontonan saat ini, pasti kalian akan menyesal di kemudian hari. Be Brave!

Komentar

Postingan Populer