Kaderisasi Masa Kini : Pandangan dari Orang Awam
Kaderisasi
merupakan suatu proses untuk pembentukan kader-kader baru yang memiliki
kapabilitas dan karakter sesuai tujuan dari elemen pengkonsep proses kaderisasi.
Nama kaderisasi ini sendiri umumnya akan lebih familiar di telinga kita
semenjak memasuki dunia kampus, Perguruan Tinggi, Universitas, ataupun Institut
Teknologi. Apabila saya memposisikan diri sebagai saat masih belum mengenal
kata kaderisasi maka akan lebih familiar saya menyebut dengan nama Ospek. Apabila terdengar kata Ospek
telinga saya dan kebanyakan bagi kita adalah suatu kegiatan yang berujung pada
perpeloncoan, humiliating, atau
bahkan kekerasan fisik akan kita dapatkan didalamnya. Hal ini dikarenakan
asupan media mengenai adanya korban saat dimana terjadinya proses pembentukan
kader pada sebuah lembaga pendidikan khususnya Perguruan Tinggi.
Sebenarnya
tidak ada tujuan yang buruk dari sebuah kaderisasi, bahkan seluruh elemen
pengader tidak akan memiliki niat buruk untuk memberikan tindakan-tindakan tak
berarti kepada adik-adik baru mereka. Akan tetapi terkadang apa yang mereka
rencanakan diawal, dan yang menjadi tujuan awal elemen pengader tidak
tersampaikan dikarenakan pelaksanaan teknis yang sangat buruk didalamnya. Salah
satu masalah, dan menurut saya menjadi masalah inti suatu proses kaderisasi
mengalami kegagalan adalah ketauladanan
para elemen peng-kadernya. Di peribahasa biasa kita sebut dengan Guru kencing
berdiri, Murid kencing berlari. Elemen pengader adalah orang-orang pertama yang
dilihat oleh siswa-siswa baru, mereka akan dilihat kemudian dijadikan role model
atau sumber contoh utama dalam menjalani aktivitas di tempat mereka
belajar. Ya, apabila para elemen pengader atau instruktur kaderisasi nya
merupakan orang-orang yang bisa memberikan tauladan yang baik, maka objek
kaderisasi juga akan memiliki contoh yang baik, tetapi jika sebaliknya maka
generasi generasi yang lahir juga akan menjadi generasi kurang bagus dan yang
akan memberikan contoh kepada generasi generasi selanjutnya.
Selain
itu masalah selanjutnya adalah inkonsistensi
dari seorang pengader antara ucapan dan tindakan, itulah yang juga akan dilihat
oleh objek kaderisasi. Alangkah lebih layak bagi seseorang yang ingin mengader
untuk menyelaraskan antara ucapan dan tindakanya, biasanya masalah yang sering
adalah masalah larangan bicara kotor dan larangan merokok pada objek
kaderisasi, kedua hal ini yang disampaikan oleh para pengader kepada objek
kaderisasi, tetapi tidak mampu mereka terapkan pada diri mereka sendiri.
Jika
kedua hal penting itu tidak dapat diterapkan, maka kaderisai hanya akan menjadi
omong kosong belaka, apa yang
diomongkan oleh instruktur tidak akan dapat memberi nilai moral pada objek
kaderisasi. Generasi-generasi yang terbentuk hanya akan menjadi generasi
penerus bukan menjadi generasi perubahan untuk Bangsa dan Negara yang lebih
baik. Ini hanya sedikit opini yang bisa saya sampaikan terkait kaderisasi dan
itu saya menyadari bahwa saya hanya orang awam, sehingga apa yang saya tulis
disini benar-benar dari hati, pikiran dan pandangan pertama saya saat melihat
proses pembentukan kader (Kaderisasi) di lembaga pendidikan.
Komentar
Posting Komentar