Porsi Pendidikan Budi Pekerti yang Kurang
Sebuah pelajaran penting saya
dapatkan dari kuliah metodologi penelitian oleh Dr. Samsudin. Di sela-sela
kuliah, beliau menyempatkan untuk memberikan nasihat-nasihat singkat
mengenainilai-nilai hidup. Hal tersebut biasa beliau lakukan di tiap kuliah
yang beliau isi. Kali ini beliau memberikan tuturan singkat mengenai budi
pekerti.
Menurunya nilai moral anak bangsa
saat ini tidak terlepas dari pendidikan yang mereka terima, baik pendidikan
formal maupun non formal. porsi terbesar pada era modern saat ini ditekankan
pada pendidikan formal. Pada saat ini pendidikan formal lebih menekankan pada
aspek kecerdasan otak,dan intelektual yang tinggi dan sayangnya melupakan porsi
pada pendidikan moral. Bisa kita ketahui, subjek Pendidikan Kewarganegaraan hanya
akan kita dapatkan pada bangku SD hingga SMA. Pada masa-masa itu tentunya
pelajaran moral sangat penting, sayangnya seperti pada pernyataan sebelumnya,
porsi hanya sedikit. Prioritas para lembaga pendidikan saat ini hanya
menekankan pada mata pelajaran yang di ujikan dan mempengaruhi popularitas
sekolah, Ujian Akhir Nasional. Dari informasi Doktor Samsudin pada zaman dahulu
tiap hari sabtu adalah waktu bagi guru untuk berdongeng, membacakan cerita-cerita
yang mengandung nilai-nilai budi pekerti yang luhur kepada para siswa-siswinya,
kata beliau cara tersebut dapat meninggalkan kesan dan pesan yang sangat dalam
mengenai pelajaran hidup yang akan mereka terima nantinya.
Tidak ada salahnya kembali ke
zaman dahulu, jika terus seperi ini saya sedikit pesimis adanya masyarakat
madani di Indonesia, yang ada hanya masyarakat yang cerdas, dan menggunakan
kecerdasannya untuk membodohi orang lain. Saya yakin kecerdasan jika diimbangi
dengan budi pekerti akan menghasilkan Soekarno,
Ki Hajar Dewantara,dan Habibi yang baru
di Indonesia, dimana kita semua merindukannya.
Komentar
Posting Komentar